top of page
ATISI.jpg

ATISI Sebut Indonesia Sasaran Empuk Kejahatan Siber Dunia

Atisi.id - ATISI menyebut, Indonesia rawan serangan siber. Tingkat kerawanan serangan siber Tanah Air cukup tinggi. Indonesia menempati peringkat tiga di dunia sebagai negara rawan serangan siber.

“Indonesia tercatat menjadi negara peringkat ketiga yang masuk dalam radar sasaran serangan siber. Itu berdasarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika,” kata anggota ATISI Irwandi Salim dalam Seminar Tren, Outlook, dan Solusi Keamanan Siber Indonesia di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta.

Rabu, 27 Februari 2019.

​

Menurut Irwandi, kondisi itu diperkuat dengan tingginya serangan siber di Indonesia. Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), jumlah serangan siber pada 2018 mencapai 200 juta kasus.

Serangan itu kata dia, harus disikapi serius. Upaya pengembangan sistem keamanan siber harus dilakukan pada semua sektor. Sebab, berbagai serangan yang terjadi akan berpengaruh pada semua komponen bangsa dan negara.

​

Baca juga:

Empat Teknologi Keamanan Terbaik untuk Ibu Kota Baru Rekomendasi ATISI

​

“Baik dari konteks keamanan, sosial, budaya, ekonomi, juga menyebabkan kerusakan dan kerugian yang luar biasa besarnya,” ungkap dia.

​

Irwandi mengatakan penguatan keamanan siber membutuhkan inovasi dan teknologi tingkat tinggi. Tawaran Professtama dan Red Piranha dalam mengedukasi dan memberi solusi berbasis teknologi Australia dalam bidang keamanan siber patut dipertimbangkan.

“Semoga dapat memberikan manfaat dalam transfer ilmu dan pengembangan kemanan siber nasional,” ujar dia.

​

Sementara itu, Chairman PT Professtama Teknik Cemerlang Sanny Suharli menegaskan, keamanan siber harus menjadi perhatian seluruh pihak, termasuk pelaku usaha kecil dan menengah. Mengingat, kegiatan ekonomi saat ini banyak memanfaatkan kecanggihan teknologi.

​

“Keamanan siber tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan,” kata Sanny Suharli.

Di sisi lain, perusahaan siber Palo Alto Networks menyebut ancaman siber pada 2019 semakin serius. Palo Alto Networks memprediksi semakin terhubungnya lingkungan IT di masa kini membuat celah keamanan siber di satu titik bisa sangat lebar dan menjalar kemana-mana.

​

Salah satu prediksi dari Palo Alto Networks adalah semakin maraknya surel bisnis yang diselipkan lampiran berkas jahat. Area bisnis memang selalu menjadi sasaran empuk bagi penjahat siber.

Data dalam lima tahun terakhir, lebih dari USD12 miliar (Rp173,7 triliun) dicuri penjahat siber melalui surel berkedok bisnis yang mampu melakukan pencurian kata sandi dan informasi login akun-akun di lingkungan korporasi.

​

Palo Alto Networks menilai kasus ini semakin marak di 2019 dan menyarankan perusahaan untuk melakukan pengecekan komprehensif terkait lalu lintas informasi dan komunikasi yang berkaitan dengan bisnis dan pegawainya.

​

Sumber: https://www.medcom.id

bottom of page